5 Cara Mengajarkan Anak Bersyukur
Bersyukur merupakan level tertinggi dari sebuah terimakasih. Jika terimakasih kita ucapkan untuk manusia, maka bersyukur ini kita panjatkan untuk Sang Maha Pencipta. Bisa dengan lisan maupun persaksian lahir dan batin atas segala hal yang telah Sang Maha takdirkan bagi kita.
Mengajarkan anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang pandai bersyukur tentunya tidak instan. Ini merupakan sesuatu hal yang perlu dilatih, bisa dipelajari, dan menjadi kebiasaan hingga besar nanti.
Bagaimana caranya?
Bunda Iggo-Iggi punya beberapa cara yang selama ini telah diterapkan pada Iggo dan sedang on proses untuk Iggi. Simak pengalaman keluarga Iggo-Iggi berikut,
1. Mengenalkan bahwa kita ini mutlak milik Allah
Selama ini kami menanamkan pada Iggo bahwa segala hal yang terjadi pada diri kita adalah murni skenario dari Allah. Hal baik dan buruk yang kita alami, itu sudah Allah takdirkan. Kesuksesan yang kita raih pun bukan mutlak atas usaha dan kerja keras kita. Begitu pun dengan kegagalan. Semuanya ada campur tangan Allah.
Jika kita menginginkan kesuksesan dan yang Allah berikan justru malah kegagalan, yang harus diingat adalah tidak perlu bersedih. Justru Allah sedang menunjukkan hal yang baik dari yang lebih baik, yang kemudian akan kita pahami setelah mampu melewatinya.
Hal-hal semacam ini memerlukan kepandaian bersyukur level tinggi. Karena sejatinya rasa syukur itu membawa kita pada kedamaian hati dan kebahagiaan lahir batin.
Selama 6 tahun kami menanamkan pada Iggo tentang hal ini, membawanya menjadi seorang anak yang menurut kami, ia pandai menentukan sikap. Jika ternyata ada hal yang berjalan diluar dari rencana dan harapannya, dia mensikapi dengan santai dan nyaris tidak pernah tantrum, ngambek, ataupun menangis.
2. Mengungkapkan Syukur dengan Ucapan
Paling mudah mengungkapkan Syukur adalah dengan ucapan, Alhamdulillah, misalnya. Sekecil apapun nikmat yang dirasakan, ucapkan Alhamdulillah.
Nikmat sehat, nikmat sakit, nikmat rejeki, nikmat bersin, nikmat bisa berkumpul dengan keluarga, nikmat masih bisa makan, dsb, Kami upayakan untuk selalu bersyukur. Tak ada sedikitpun hal yang luput bisa kita syukuri. Nikmat bisa menulis sharing pengalaman ini pun, patut disyukuri.
3. Berkaca diri pada orang lain yang sedang diuji atau kurang beruntung
Mengajarkan agar segala hal yang sedang kita nikmati ini adalah sesuatu yang orang lain inginkan, bisa menjadi bahan untuk instrospeksi diri. Akankah kita terus mengeluh?
Di saat Iggo mengeluh kenapa kita masih bersempit-sempit naik motor, Allah tunjukan ada keluarga yang sedang naik gerobak yang ditarik oleh seorang pria yang sepertinya adalah kepala keluarga. Kondisi kita di atas motor masih lebih baik daripada keluarga itu. Masihkah Iggo tidak bersyukur?
Di saat Iggo mengeluh kenapa kita jarang makan di restoran, Allah memberikan kami inspirasi untuk menjawabnya dengan contoh, banyak keluarga yang bangun dalam keadaan masih lapar setelah berhari-hari tidak makan. Mereka kira tidur bisa menghilangkan rasa laparnya, tapi ternyata tidak. Masihkah mau menolak untuk bersyukur?
4. Mengajarkan Iggo mendirikan Sholat
Nabi Muhammad yang telah Allah jauhkan dari perbuatan dosa saja masih mendirikan sholat malam hingga subuh menjelang, sampai kakinya bengkak-bengkak. Semuanya beliau lakukan sebagai wujud syukur atas nikmat dan karunia yang Allah berikan.
Nabi saja yang sudah dijamin masuk surga mengucapkan syukur dengan sholat, terus kita? Mau gitu aja gitu?
Nikmat memiliki dua mata, kulit, badan ini, tidak mau disyukuri gitu?
Ke orang lain yang memberi kita hadiah atau kado saja kita mengucapkan terimakasih, terus ke Allah yang memberikan kita hidup gratis ini tidak mau mengucapkan terimakasih? Terimakasihnya dengan bagiamana? Dengan bersyukur. Dengan sholat 5 waktu. Sebagai tanda mensyukuri atas apa yang telah Allah berikan.
5. Meneladani anak dengan pandai bersyukur
Nah, inilah pamungkasnya. Mau mengajarkan tentang syukur, tapi emak babenya masih suka mengeluh. Ya wasalam.
Jadi yuk mari instrospeksi lagi. Ketika anak sering mengeluh, mudah bersedih, tidak mudah menerima segala hal yang diluar harapan. Coba liat lagi, barangkali salah satu dari orang tuanya ada yang seperti itu juga.
Karena anak memang diciptakan sulit mendengar, namun mudah meniru.
Itulah 5 cara mengajarkan anak untuk pandai bersyukur ala Bunda Iggo-Iggi.
Mengajarkan anak untuk tumbuh menjadi pribadi yang pandai bersyukur tentunya tidak instan. Ini merupakan sesuatu hal yang perlu dilatih, bisa dipelajari, dan menjadi kebiasaan hingga besar nanti.
Bagaimana caranya?
Bunda Iggo-Iggi punya beberapa cara yang selama ini telah diterapkan pada Iggo dan sedang on proses untuk Iggi. Simak pengalaman keluarga Iggo-Iggi berikut,
1. Mengenalkan bahwa kita ini mutlak milik Allah
Selama ini kami menanamkan pada Iggo bahwa segala hal yang terjadi pada diri kita adalah murni skenario dari Allah. Hal baik dan buruk yang kita alami, itu sudah Allah takdirkan. Kesuksesan yang kita raih pun bukan mutlak atas usaha dan kerja keras kita. Begitu pun dengan kegagalan. Semuanya ada campur tangan Allah.
Jika kita menginginkan kesuksesan dan yang Allah berikan justru malah kegagalan, yang harus diingat adalah tidak perlu bersedih. Justru Allah sedang menunjukkan hal yang baik dari yang lebih baik, yang kemudian akan kita pahami setelah mampu melewatinya.
Hal-hal semacam ini memerlukan kepandaian bersyukur level tinggi. Karena sejatinya rasa syukur itu membawa kita pada kedamaian hati dan kebahagiaan lahir batin.
Selama 6 tahun kami menanamkan pada Iggo tentang hal ini, membawanya menjadi seorang anak yang menurut kami, ia pandai menentukan sikap. Jika ternyata ada hal yang berjalan diluar dari rencana dan harapannya, dia mensikapi dengan santai dan nyaris tidak pernah tantrum, ngambek, ataupun menangis.
2. Mengungkapkan Syukur dengan Ucapan
Paling mudah mengungkapkan Syukur adalah dengan ucapan, Alhamdulillah, misalnya. Sekecil apapun nikmat yang dirasakan, ucapkan Alhamdulillah.
Nikmat sehat, nikmat sakit, nikmat rejeki, nikmat bersin, nikmat bisa berkumpul dengan keluarga, nikmat masih bisa makan, dsb, Kami upayakan untuk selalu bersyukur. Tak ada sedikitpun hal yang luput bisa kita syukuri. Nikmat bisa menulis sharing pengalaman ini pun, patut disyukuri.
3. Berkaca diri pada orang lain yang sedang diuji atau kurang beruntung
Mengajarkan agar segala hal yang sedang kita nikmati ini adalah sesuatu yang orang lain inginkan, bisa menjadi bahan untuk instrospeksi diri. Akankah kita terus mengeluh?
Di saat Iggo mengeluh kenapa kita masih bersempit-sempit naik motor, Allah tunjukan ada keluarga yang sedang naik gerobak yang ditarik oleh seorang pria yang sepertinya adalah kepala keluarga. Kondisi kita di atas motor masih lebih baik daripada keluarga itu. Masihkah Iggo tidak bersyukur?
Di saat Iggo mengeluh kenapa kita jarang makan di restoran, Allah memberikan kami inspirasi untuk menjawabnya dengan contoh, banyak keluarga yang bangun dalam keadaan masih lapar setelah berhari-hari tidak makan. Mereka kira tidur bisa menghilangkan rasa laparnya, tapi ternyata tidak. Masihkah mau menolak untuk bersyukur?
4. Mengajarkan Iggo mendirikan Sholat
Nabi Muhammad yang telah Allah jauhkan dari perbuatan dosa saja masih mendirikan sholat malam hingga subuh menjelang, sampai kakinya bengkak-bengkak. Semuanya beliau lakukan sebagai wujud syukur atas nikmat dan karunia yang Allah berikan.
Nabi saja yang sudah dijamin masuk surga mengucapkan syukur dengan sholat, terus kita? Mau gitu aja gitu?
Nikmat memiliki dua mata, kulit, badan ini, tidak mau disyukuri gitu?
Ke orang lain yang memberi kita hadiah atau kado saja kita mengucapkan terimakasih, terus ke Allah yang memberikan kita hidup gratis ini tidak mau mengucapkan terimakasih? Terimakasihnya dengan bagiamana? Dengan bersyukur. Dengan sholat 5 waktu. Sebagai tanda mensyukuri atas apa yang telah Allah berikan.
5. Meneladani anak dengan pandai bersyukur
Nah, inilah pamungkasnya. Mau mengajarkan tentang syukur, tapi emak babenya masih suka mengeluh. Ya wasalam.
Jadi yuk mari instrospeksi lagi. Ketika anak sering mengeluh, mudah bersedih, tidak mudah menerima segala hal yang diluar harapan. Coba liat lagi, barangkali salah satu dari orang tuanya ada yang seperti itu juga.
Karena anak memang diciptakan sulit mendengar, namun mudah meniru.
Itulah 5 cara mengajarkan anak untuk pandai bersyukur ala Bunda Iggo-Iggi.
Komentar
Posting Komentar