Tahap Asesmen Program Mentorship (Mentor : Komunikasi Pasangan Suami Istri dan Mentee : Menulis Cerita Lucu)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdullilah sudah masuk pekan kedua di tahap kupu-kupu. Saat ini saya sedang menjadi kupu-kupu muda melalui program mentorship. Fokus utama pada program mentorship ini adalah pada komunikasi. Di setiap pekannya, saya akan dilatih untuk memahirkan keterampilan komunikasi interpersonal. Dilatih untuk membuat pertanyaan, dilatih untuk menemukan jawaban, dan dilatih untuk belajar secara mandiri menaklukan tantangan yang sedang dihadapi.
Untuk apa sih? Tak lain dan tak bukan untuk menyiapkan diri saya agar siap menjadi mentor pendamping tumbuh kembang anak-anaknya. Aduh, makdeg saya! Ternyata sedalam ini filosofinya.
Bismillahirahmanirrahim, Ya Allah, semoga Mamaknya Iggo dan Iggi ini bisa menyerap banyak madu dan ikut membantu penyerbukan bunga-bunga cantik, di tahap ini, aamiin.
Kembali ke pekan kedua tahap kupu-kupu, pekan kedua kali ini fokus pada asesmen keterampilan yang sudah kita kuasai. Mentor akan memulai komunikasi dengan pertanyaan seputar 5W1H. Dari mulai pertanyaan permukaan seperti who, when, where, what, baru yang mendalam seperti why, how, which one.
Self assessment ini dilakukan via tulisan, call, atau live video, agar gestur dan intonasi dapat dilihat juga. Ingat, kan? 7% komunikasi ada pada kata-kata, 38% melalui intonasi, dan 55% ada pada gestur. Maka manfaatkanlah semua fasilitas yang ada, agar proses asesmen lebih mendalam. Yang perlu diingat, tahap mentorship ini tidak lagi untuk mencari knowledge, melainkan untuk menguatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar dapat meningkatkan skill/keterampilan. Pada akhirnya, mentorship ini merupakan kolaborasi antara apa yang pernah dialami oleh mentor dengan yang akan ditemukan oleh mentee. Sehingga melahirkan sesuatu 'lebih' yang bukan hanya transfer knowledge semata. Melainkan tumbuh bersama, belajar bersama.
Luar biasa!
Self Asessment dilakukan oleh mentor dan mentee, yang mana masing-masing menilai dirinya sendiri tentang tingkat keahliannya selama ini, seperti,
Hasil assessment para mentee pun akhirnya diterima. Setelah melihat isi videonya satu per satu, ternyata seru, saya juga banyak belajar dari kisah pengalaman mereka. Dan tibalah waktunya saya untuk berkomentar dong ya. Komentarnya pun harus yang tarik ulur, jangan terkesan menjudge, tapi lebih ke membangun bahwa mentee sudah punya modal besar di keterampilannya tersebut. Aselik! Ini tuh tantangan banget.
Saya sampai putar ulang beberapa kali, melihat gaya bicara para mentee saat bercerita, mencoba menebak gaya komunikasinya, clear and clarify lagi ke curhatan di hari-hari sebelumnya dan menimbang-nimbang feedback yang seperti apa yang harus saya berikan. Seru dan menantang banget. Kalau dilatih terus-terusan pasti bisa lebih santai saat menanggapi dan memberikan pendapat.
Setelah dibaca ulang balasan saya ke para mentee, saya merasa kurang maksimal memancing lebih dalam self assessment mereka. Susah ternyata cyiiin, memancing seseorang untuk bercerita banyak hanya dengan pertanyaan gitu, yang ada saya kepancing untuk ikut bercerita juga. Ya Sallaaaaam.... Hahahahaha, kelepasan Buuuu...
Saat facetime justru lebih luwes. Kami ngobrol layaknya teman yang udah kenal lama. Tanpa canggung, tanpa bingung. Mengalir dan memberikan trust untuk curhat dan saling mengerti. Ternyata ini ya maksudnya dari membangun chemistry. Cieee….
Pada akhirnya saya lebih percaya diri untuk peer mentoring, kita saling belajar, saling berbagi, dan saling menguatkan demi komunikasi yang lebih mesraaaah bareng pasangan. Tsaaah….
Secara keseluruhan, seru. Kita berbagai rasa penasaran juga di pekan selanjutnya akan membahas tentang apa. Baru pekan kedua aja udah bisa bikin deg-degan begini. Hihihihi….
Yaaa begitulah pemirsa cerita pengalaman mentorship Emak-emak rempong dua anak ini. Semoga pengalaman ini nantinya bisa bermanfaat sebagai modal mendampingi Iggo dan Iggi melalui arung jeram kehidupan. Aseeek..
Akhir kata, saya ucapkan mohon maaf jika ada salah kata..
Wassalamualaikum wr. wb.
Alhamdullilah sudah masuk pekan kedua di tahap kupu-kupu. Saat ini saya sedang menjadi kupu-kupu muda melalui program mentorship. Fokus utama pada program mentorship ini adalah pada komunikasi. Di setiap pekannya, saya akan dilatih untuk memahirkan keterampilan komunikasi interpersonal. Dilatih untuk membuat pertanyaan, dilatih untuk menemukan jawaban, dan dilatih untuk belajar secara mandiri menaklukan tantangan yang sedang dihadapi.
Untuk apa sih? Tak lain dan tak bukan untuk menyiapkan diri saya agar siap menjadi mentor pendamping tumbuh kembang anak-anaknya. Aduh, makdeg saya! Ternyata sedalam ini filosofinya.
Bismillahirahmanirrahim, Ya Allah, semoga Mamaknya Iggo dan Iggi ini bisa menyerap banyak madu dan ikut membantu penyerbukan bunga-bunga cantik, di tahap ini, aamiin.
Kembali ke pekan kedua tahap kupu-kupu, pekan kedua kali ini fokus pada asesmen keterampilan yang sudah kita kuasai. Mentor akan memulai komunikasi dengan pertanyaan seputar 5W1H. Dari mulai pertanyaan permukaan seperti who, when, where, what, baru yang mendalam seperti why, how, which one.
Self assessment ini dilakukan via tulisan, call, atau live video, agar gestur dan intonasi dapat dilihat juga. Ingat, kan? 7% komunikasi ada pada kata-kata, 38% melalui intonasi, dan 55% ada pada gestur. Maka manfaatkanlah semua fasilitas yang ada, agar proses asesmen lebih mendalam. Yang perlu diingat, tahap mentorship ini tidak lagi untuk mencari knowledge, melainkan untuk menguatkan pengetahuan yang telah dimiliki agar dapat meningkatkan skill/keterampilan. Pada akhirnya, mentorship ini merupakan kolaborasi antara apa yang pernah dialami oleh mentor dengan yang akan ditemukan oleh mentee. Sehingga melahirkan sesuatu 'lebih' yang bukan hanya transfer knowledge semata. Melainkan tumbuh bersama, belajar bersama.
Luar biasa!
Self Asessment dilakukan oleh mentor dan mentee, yang mana masing-masing menilai dirinya sendiri tentang tingkat keahliannya selama ini, seperti,
- Apakah teman-teman baru memulai bidang ini?
- Apakah sudah lama dipelajari, atau baru mau mempelajari, atau mau meningkatkan keterampilan khusus lainnya?
- Apa tantangan terbesar yang dihadapi mengenai keterampilan ini?
- Keahlihan saat ini sudah sampai mana? Boleh diceritakan?
- Share video mentee ke mentor, mentor pun boleh share video ke mentee.
- Jadwalkan obrolan video dengan mentee/mentor, cukup 5-10 menit.
Kemudian ceritakan di jurnal
- Bagaimana kita menilai tingkat keahlian kita sendiri?
- Bagaimana rasanya bertemu dengan mentor/mentee melalui obrolan video?
- Bagaimana rasanya saat mengidentifikasi tingkat keahlian mentee?
Oh ya, sedikit refresh, di program mentorship ini saya belajar untuk menjadi Mentor Komunikasi Pasangan Suami Istri dan Mentee Menulis Cerita Lucu. Seperti apa keseruannya? Yuk kita ulas satu persatu...
Mentor Komunikasi Pasangan Suami Istri
Sebagai permulaan dari tahap ini, saya menyapa kembali para mentee melalui messenger. Setelah saling sapa, langsung ke intinya dengan memberikan pertanyaan sederhana untuk Mentee. Akhirnya disepakati self assessment dilakukan lewat video, dan akan berlanjut di video call. Selain mentee yang melakukan self assessment, saya juga ikut menilai diri sendiri ya tentunya. Ini nih keseruannya, merenungkan dan menilai diri sendiri itu butuh kejujuran yang tinggi. Ternyata saya merasa diri ini masih jauh dari sempurna. Perlu banyak belajar, perlu banyak melatih diri, dan mempraktikkannya.Hasil assessment para mentee pun akhirnya diterima. Setelah melihat isi videonya satu per satu, ternyata seru, saya juga banyak belajar dari kisah pengalaman mereka. Dan tibalah waktunya saya untuk berkomentar dong ya. Komentarnya pun harus yang tarik ulur, jangan terkesan menjudge, tapi lebih ke membangun bahwa mentee sudah punya modal besar di keterampilannya tersebut. Aselik! Ini tuh tantangan banget.
Saya sampai putar ulang beberapa kali, melihat gaya bicara para mentee saat bercerita, mencoba menebak gaya komunikasinya, clear and clarify lagi ke curhatan di hari-hari sebelumnya dan menimbang-nimbang feedback yang seperti apa yang harus saya berikan. Seru dan menantang banget. Kalau dilatih terus-terusan pasti bisa lebih santai saat menanggapi dan memberikan pendapat.
Setelah dibaca ulang balasan saya ke para mentee, saya merasa kurang maksimal memancing lebih dalam self assessment mereka. Susah ternyata cyiiin, memancing seseorang untuk bercerita banyak hanya dengan pertanyaan gitu, yang ada saya kepancing untuk ikut bercerita juga. Ya Sallaaaaam.... Hahahahaha, kelepasan Buuuu...
Mungkin ini kelemahan jika self assessment dilakukan hanya dengan kirim video, mentor amatiran kaya saya jadi terdistrak harus berkomentar dengan tepat di bagian mana. Eh tapi belum tentu juga sih, kalau dilakukan saat facetime langsung akan lebih baik atau tidak. Hahaha... Yang ada malah ikutan curhat juga...Wkwkwkwkwk
Yang pasti catatan bagi saya as mentor adalah, belajarlah untuk 'peka', biarkan mentee memainkan panggungnya. Dan saya jangan kebanyakan curhat eaaa... hahahahahaha. Maafkan saya ya kalau ngga maksimal.
Dan, tibalah waktunya untuk video call. Yeeeaaaah!!!
Saat facetime justru lebih luwes. Kami ngobrol layaknya teman yang udah kenal lama. Tanpa canggung, tanpa bingung. Mengalir dan memberikan trust untuk curhat dan saling mengerti. Ternyata ini ya maksudnya dari membangun chemistry. Cieee….
Pada akhirnya saya lebih percaya diri untuk peer mentoring, kita saling belajar, saling berbagi, dan saling menguatkan demi komunikasi yang lebih mesraaaah bareng pasangan. Tsaaah….
Mentee Menulis Cerita Lucu
Saat berada pada posisi sebagai mentee, ternyata berbeda rasa ya. Karena ngga ada tuntutan untuk begini begitu, malah lebih luwes aja gitu perasaannya. Akhirnya tumpah semua deh itu cerita pengalaman menulis novel dari jaman SMP yang ditolakin mulu sama penerbit, tulisan kesialan bertubi-tubi waktu jaman kuliah, dan berakhir dengan gaya tulisan serius ala Emak Gemesh kaya sekarang ini, hihihihi….
Secara keseluruhan, seru. Kita berbagai rasa penasaran juga di pekan selanjutnya akan membahas tentang apa. Baru pekan kedua aja udah bisa bikin deg-degan begini. Hihihihi….
Yaaa begitulah pemirsa cerita pengalaman mentorship Emak-emak rempong dua anak ini. Semoga pengalaman ini nantinya bisa bermanfaat sebagai modal mendampingi Iggo dan Iggi melalui arung jeram kehidupan. Aseeek..
Akhir kata, saya ucapkan mohon maaf jika ada salah kata..
Wassalamualaikum wr. wb.
Komentar
Posting Komentar