It's Okay to not be Okay
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Selamat datang di pekan ke-5.... Yeeeeaahhh... ngapain di pekan kelima?
Kali ini kita melakukan false celebration...
Horaaaay... kok lucu ya? salah kok dirayakan. Yaaa sebegitu bahagianya kami saat belajar, sampai salah pun adalah sebuah hal yang berharga.
Sebelumnya, mari kita flashback dulu, jadi Mamak ini memberanikan diri untuk menjadi mentor komunikasi produktif, dan menantang diri menjadi mentee menulis cerita lucu. Mari kita cerita dulu saat menjadi mentee ya.
Mentee Menulis Cerita Lucu
Tantangan menulis cerita lucu ini tantangan yang gampang-gampang-susah ternyata ya! Alhamdulillah target satu tulisan lucu/pekan sudah tercapai secara kuantitas. Nah masalahnya ada pada kualitasnya. Hahahaha... Coba bayangin, gimana rasanya saat bikin tulisan lucu, tapi ngga ada yang ketawa? Itu kaya lagi bikin churros tapi dibilang cakue. Ambyar... Hahaha....
Akhirnya curhat malu-malu lah ya ke mentorku, hihihi... Setor hasil tulisan ala-ala, ada tulisan yang cuma beberapa baris, ada juga tulisan coba-coba yang rada panjangan. Alhamdulillah dapat banyak saran. Salah banyaknya tentang cara menumbuhkan keresahan, set up cerita, menuliskan harapan, closing statement sampai ke punchline. Terakhir, ada insight dari Mba Mentor kalau komunikasiku yang terbuka dengan pasangan bisa jadi modal berharga bahan menulis cerita lucu.
Ehehe, bersiaplah jadi bahan roastingku, hai Ayah! hihihi... (please, bayangin ketawa jahat, ya! biar lucu)
Untuk menambah referensi, Mamak pun melipir ke youtube channel mentor terkenal tentang cara membuat naskah stand up comedy. Disitu bergelimang ide donk ingin mengemas bahan portofolio jadi kaya apa. Tapi lagi-lagi pas dituangkan ke tulisan, hasilnya NGGA LUCUK. Hahaha... Sedih eike!
Kalau udah mulai putus asa begitu, langsung deh tuh manggil si Ayah, buat curhat. Minta dicariin kesalahannya ada dimana. Oh ya, tulisannya bisa di baca di facebook dan instagramku aja ya. Tapi gosah bayangin kalian bakalan terpingkal-pingkal, ya... Aku udah kasih peringatan lebih dulu jadi kalau ngga ketawa, jangan salahin sayah!
Nah, terus gimana pendapat Ayah tentang tulisanku? Ini dia...
Katanya, "...tulisannya kepanjangan..." oke SATU.
Terus, "...terlalu banyak penjelasan yang ngga perlu..." oke DUA.
"... coba cari kata-kata pengganti lain yang lebih efektif...." oke TIGA.
Terus, "... coba hidup dengan lebih santai dan ngga terlalu serius biar feeling lucunya bisa lebih mudah dapetnya..." OKE EMPAT, APA LAGI YAH! APA LAGI!!!
Lah lah kok malah ngegas toh! Hahahaha...
Pendapat Iggo, malah lebih ngenes. Dia terkejut alias terkaget-kaget saat tahu Mamaknya ini menulis cerita lucu. Heran bin bingung. Cerita lucu itu kan cerita yang bisa bikin yang baca atau yang dengernya ketawa kan ya? Lah Mamaknya, selama ini ngga pernah tuh bikin anaknya ketawa. Hahaha! Ah ngenes banget waktu denger pendapat jujur si anak sulung.
Iya juga ya, biar lebih menginternalisasikan konsep komedi dalam diri itu kan, harusnya Mamak lebih luwes atau lebih sering ketawa aja gitu ya? Jauh-jauh deh itu sama yang namanya terlalu serius, terlalu kaku, dan kerang-kerung di wajah. Persering santai dan perbanyak referensi humor.
Oke baiklah, akhirnya diputuskan kedepannya porsi belajar menjadi pribadi yang humoris lebih diperbanyak. Biar apa? Biar lebih mudah menangkap konten-konten humor dan menemukan bahan ketawa secara alami, gitu. Perbanyak nonton stand up comedy, baca cerita lucu, pelajari konten humor masa kini, tertawa bareng keluarga, dan satu lagi Mak, sini dibisikin... jangan kebanyakan marah-marah ya, Mak!. Hahaha....
Ah! Oke siap, Jenderal!
Cus kita lanjut ke mentor komunikasi produktif, yuk!
Mentor Komunikasi Produktif
Di mentor komunikasi produktif ini, Mamak memiliki tiga mentee. Seperti yang sudah Mamak cerita sebelumnya, ketiga mentee Mamak ini punya warna yang berbeda.
Adapun Mentee A, punya action plan yang rapi banget. Sudah ada planning harian juga. Mamak pun menilai Mentee A sudah cukup baik komunikasinya dengan pasangan, sehingga saat ini tinggal mematangkan dirinya dari dalam. Menaklukan dirinya sendiri untuk bisa melakukan komunikasi dengan lebih baik lagi. Setelah beberapa pekan berlalu, ternyata Mentee A merasa belum maksimal melaksanakan tantangannya. Mamak mencoba memberikan beberapa alternatif seperti apakah diturunkan level tantangannya berdasarkan kesulitan atau urgensinya.
Di lain pihak Mamak merasa belum maksimal juga mendampingi Mentee A dalam menyelesaikan tantangannya. Kurang memberikan motivasi dan memantau progressnya juga. Mianhae... Insya Allah selanjutnya Mamak ingin bantu sesuai kapasitas Mamak, ya... InsyaAllah...
Lain hal dengan Mentee B, Mentee B ternyata merasa kosong. Mungkin karena Mamak pun jarang share materi atau tantangan. Hehehe, maaf ya. Mamak terlalu melepas para mentee untuk 'cari makan' sendiri. Akhirnya beberapa hari lalu Mamak beri ide buat cari tahu Bahasa Cinta Pasangannya pakai kuesioner dari Gary Chapman.
Kalau menurut Mamak sih, mengetahui Bahasa Cinta ini berefek banget pada cara Mamak harus bersikap ke pasangan. Misal kalau tipikal orang yang lebih suka dipuji atau diberikan afirmasi positif lewat kata-kata, yaaa ngga usah capek-capek ngasih hadiah atau sejenisnya. Lain hal kalau lebih suka dinyatakan cintanya lewat sentuhan, seperti dielus kepalanya, yaaa ngga usah capek-capek buat ngegombal pake jurus "Bapakmu jualan pisang ya? Kok tahu?", laaah malah ngeluarin joke jadul. Hahaha...
Selanjutnya Mentee C, Mentee C ini, yang paling sering chat sama Mamak. Lebih banyak curhat, lebih tepatnya. Mamak berusaha banget memposisikan diri sebagai pendengar yang baik sambil memberikan beberapa saran atau pendapat tentang langkah apa yang harus Mentee C ambil. Semoga bisa memberikan insight sebagai awal komunikasi yang baik dengan pasangan, ya Mba. Saran Mamak cuma satu, terus praktikkan saja komunikasi dengan pasangan, insyaAllah produktifnya akan mengikuti nantinya. Aamiin...
Secara keseluruhan, Mamak mau mengucapkan semangat terus ya para menteeku saat belajar komunikasi produktif, insyaAllah akan menemukan banyak manfaat dari komunikasi produktif ini untuk planning impian selanjutnya. Intinya, praktek praktek praktek. Ngga apa kalau terasa pelan, yang penting mendalam. Semoga makin langgeng ya dengan pasangan serumah sesurganya... Aaamiin....
Yaaa begitulah pengalaman False Celebration pekan ini. Oh ya, metode merayakan kesalahan ini akhirnya Mamak adaptasi loh ke proyek keluarga Mamak. Jadi nanti setiap akhir bulan hijriyah, kita merayakan kesalahan kita dengan sadar, loh. Keren banget konsep ini. Alhamdulillah anggota keluarga lain menyambut baik.
Intinya, kita belajar untuk merasakan bahwa It's Okay to not be Okay... Aiiih kaya judul apa gitu ya,,
Ahahahahah
Selamat datang di pekan ke-5.... Yeeeeaahhh... ngapain di pekan kelima?
Kali ini kita melakukan false celebration...
Horaaaay... kok lucu ya? salah kok dirayakan. Yaaa sebegitu bahagianya kami saat belajar, sampai salah pun adalah sebuah hal yang berharga.
Sebelumnya, mari kita flashback dulu, jadi Mamak ini memberanikan diri untuk menjadi mentor komunikasi produktif, dan menantang diri menjadi mentee menulis cerita lucu. Mari kita cerita dulu saat menjadi mentee ya.
Mentee Menulis Cerita Lucu
Tantangan menulis cerita lucu ini tantangan yang gampang-gampang-susah ternyata ya! Alhamdulillah target satu tulisan lucu/pekan sudah tercapai secara kuantitas. Nah masalahnya ada pada kualitasnya. Hahahaha... Coba bayangin, gimana rasanya saat bikin tulisan lucu, tapi ngga ada yang ketawa? Itu kaya lagi bikin churros tapi dibilang cakue. Ambyar... Hahaha....
Akhirnya curhat malu-malu lah ya ke mentorku, hihihi... Setor hasil tulisan ala-ala, ada tulisan yang cuma beberapa baris, ada juga tulisan coba-coba yang rada panjangan. Alhamdulillah dapat banyak saran. Salah banyaknya tentang cara menumbuhkan keresahan, set up cerita, menuliskan harapan, closing statement sampai ke punchline. Terakhir, ada insight dari Mba Mentor kalau komunikasiku yang terbuka dengan pasangan bisa jadi modal berharga bahan menulis cerita lucu.
Ehehe, bersiaplah jadi bahan roastingku, hai Ayah! hihihi... (please, bayangin ketawa jahat, ya! biar lucu)
Untuk menambah referensi, Mamak pun melipir ke youtube channel mentor terkenal tentang cara membuat naskah stand up comedy. Disitu bergelimang ide donk ingin mengemas bahan portofolio jadi kaya apa. Tapi lagi-lagi pas dituangkan ke tulisan, hasilnya NGGA LUCUK. Hahaha... Sedih eike!
Kalau udah mulai putus asa begitu, langsung deh tuh manggil si Ayah, buat curhat. Minta dicariin kesalahannya ada dimana. Oh ya, tulisannya bisa di baca di facebook dan instagramku aja ya. Tapi gosah bayangin kalian bakalan terpingkal-pingkal, ya... Aku udah kasih peringatan lebih dulu jadi kalau ngga ketawa, jangan salahin sayah!
Nah, terus gimana pendapat Ayah tentang tulisanku? Ini dia...
Katanya, "...tulisannya kepanjangan..." oke SATU.
Terus, "...terlalu banyak penjelasan yang ngga perlu..." oke DUA.
"... coba cari kata-kata pengganti lain yang lebih efektif...." oke TIGA.
Terus, "... coba hidup dengan lebih santai dan ngga terlalu serius biar feeling lucunya bisa lebih mudah dapetnya..." OKE EMPAT, APA LAGI YAH! APA LAGI!!!
Lah lah kok malah ngegas toh! Hahahaha...
Pendapat Iggo, malah lebih ngenes. Dia terkejut alias terkaget-kaget saat tahu Mamaknya ini menulis cerita lucu. Heran bin bingung. Cerita lucu itu kan cerita yang bisa bikin yang baca atau yang dengernya ketawa kan ya? Lah Mamaknya, selama ini ngga pernah tuh bikin anaknya ketawa. Hahaha! Ah ngenes banget waktu denger pendapat jujur si anak sulung.
Iya juga ya, biar lebih menginternalisasikan konsep komedi dalam diri itu kan, harusnya Mamak lebih luwes atau lebih sering ketawa aja gitu ya? Jauh-jauh deh itu sama yang namanya terlalu serius, terlalu kaku, dan kerang-kerung di wajah. Persering santai dan perbanyak referensi humor.
Oke baiklah, akhirnya diputuskan kedepannya porsi belajar menjadi pribadi yang humoris lebih diperbanyak. Biar apa? Biar lebih mudah menangkap konten-konten humor dan menemukan bahan ketawa secara alami, gitu. Perbanyak nonton stand up comedy, baca cerita lucu, pelajari konten humor masa kini, tertawa bareng keluarga, dan satu lagi Mak, sini dibisikin... jangan kebanyakan marah-marah ya, Mak!. Hahaha....
Ah! Oke siap, Jenderal!
Cus kita lanjut ke mentor komunikasi produktif, yuk!
Mentor Komunikasi Produktif
Di mentor komunikasi produktif ini, Mamak memiliki tiga mentee. Seperti yang sudah Mamak cerita sebelumnya, ketiga mentee Mamak ini punya warna yang berbeda.
Adapun Mentee A, punya action plan yang rapi banget. Sudah ada planning harian juga. Mamak pun menilai Mentee A sudah cukup baik komunikasinya dengan pasangan, sehingga saat ini tinggal mematangkan dirinya dari dalam. Menaklukan dirinya sendiri untuk bisa melakukan komunikasi dengan lebih baik lagi. Setelah beberapa pekan berlalu, ternyata Mentee A merasa belum maksimal melaksanakan tantangannya. Mamak mencoba memberikan beberapa alternatif seperti apakah diturunkan level tantangannya berdasarkan kesulitan atau urgensinya.
Di lain pihak Mamak merasa belum maksimal juga mendampingi Mentee A dalam menyelesaikan tantangannya. Kurang memberikan motivasi dan memantau progressnya juga. Mianhae... Insya Allah selanjutnya Mamak ingin bantu sesuai kapasitas Mamak, ya... InsyaAllah...
Lain hal dengan Mentee B, Mentee B ternyata merasa kosong. Mungkin karena Mamak pun jarang share materi atau tantangan. Hehehe, maaf ya. Mamak terlalu melepas para mentee untuk 'cari makan' sendiri. Akhirnya beberapa hari lalu Mamak beri ide buat cari tahu Bahasa Cinta Pasangannya pakai kuesioner dari Gary Chapman.
Kalau menurut Mamak sih, mengetahui Bahasa Cinta ini berefek banget pada cara Mamak harus bersikap ke pasangan. Misal kalau tipikal orang yang lebih suka dipuji atau diberikan afirmasi positif lewat kata-kata, yaaa ngga usah capek-capek ngasih hadiah atau sejenisnya. Lain hal kalau lebih suka dinyatakan cintanya lewat sentuhan, seperti dielus kepalanya, yaaa ngga usah capek-capek buat ngegombal pake jurus "Bapakmu jualan pisang ya? Kok tahu?", laaah malah ngeluarin joke jadul. Hahaha...
Selanjutnya Mentee C, Mentee C ini, yang paling sering chat sama Mamak. Lebih banyak curhat, lebih tepatnya. Mamak berusaha banget memposisikan diri sebagai pendengar yang baik sambil memberikan beberapa saran atau pendapat tentang langkah apa yang harus Mentee C ambil. Semoga bisa memberikan insight sebagai awal komunikasi yang baik dengan pasangan, ya Mba. Saran Mamak cuma satu, terus praktikkan saja komunikasi dengan pasangan, insyaAllah produktifnya akan mengikuti nantinya. Aamiin...
Secara keseluruhan, Mamak mau mengucapkan semangat terus ya para menteeku saat belajar komunikasi produktif, insyaAllah akan menemukan banyak manfaat dari komunikasi produktif ini untuk planning impian selanjutnya. Intinya, praktek praktek praktek. Ngga apa kalau terasa pelan, yang penting mendalam. Semoga makin langgeng ya dengan pasangan serumah sesurganya... Aaamiin....
Yaaa begitulah pengalaman False Celebration pekan ini. Oh ya, metode merayakan kesalahan ini akhirnya Mamak adaptasi loh ke proyek keluarga Mamak. Jadi nanti setiap akhir bulan hijriyah, kita merayakan kesalahan kita dengan sadar, loh. Keren banget konsep ini. Alhamdulillah anggota keluarga lain menyambut baik.
Intinya, kita belajar untuk merasakan bahwa It's Okay to not be Okay... Aiiih kaya judul apa gitu ya,,
Ahahahahah
Komentar
Posting Komentar