Sekolah Kapan Ya???
Persoalan kapan waktu terbaik anak memulai sekolah nampaknya sedang menjadi gonjang ganjing beberapa hari terakhir. Saya juga sempat terbawa euforia kebimbangan dalam menentukan waktu yang baik untuk Iggo mulai sekolah.
Masa Lalu
Sedikit bercerita, saat usia Iggo 2 tahun lebih, ia pernah saya masukkan ke Play Group dekat rumah. Pertimbangan saya waktu itu adalah :- Iggo menunjukkan rasa penasaran dengan yang namanya sekolah
- Saya merasa, di usia yang sudah 2 tahun lebih, Iggo masih melafalkan beberapa kata dengan kurang lancar
- Saat itu, saya sedang berupaya agar Iggo belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan baru, karena saya berencana memasukkannya ke salah satu daycare
- Saya saat itu lebih sering bertugas ke luar kota
- Orang tua saya, yang kala itu bersedia menjaga Iggo, tengah disibukkan dengan bisnis rumah yang lumayan menyita waktu
- Bertemulah saya dengan salah seorang guru yang sudah saya kenal pola mengajarnya yang pancen oye, yang juga kebetulan mengajar di salah satu Playgroup dekat rumah
Pertimbangan-pertimbangan itu membawa saya pada keputusan untuk memasukkannya ke Playgroup yang akhirnya bertahan hanya +/- 6 bulan saja. Setelah 6 bulan di Playgroup, akhirnya inilah yang saya dan Iggo rasakan....
Point 1 : Rasa penasarannya akhirnya terjawab, Iggo jadi tau seperti apa itu sekolah, bagaimana bermain dengan teman, dan bagaimana hidup dengan penuh aturan. Hahaha
Point 2 : Pelafalan kata menjadi lebih baik, disini saya berterimakasih kepada guru-guru di Playgroupnya, khusunya Ibu Endah... terimakasih terimakasih... Selain pelafalan, ada peningkatan pada kepercayaan diri, wawasan, dan sosialnya... Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Endah. Sampai saat ini Iggo selalu ingat loh dengan Ibu Endah, pasti karena Ibu Endah baik sekali selama menjadi guru Iggo.... Terimakasih terimakasih lagi
Point 3 : Harapan agar Iggo bisa beradaptasi di daycare, ternyata tidak tercapai. Iggo sudah 3 kali ikut trial di Daycare di Bekasi, dari yang terdekat rumah, sampai dengan yang terjauh dan fasilitas lengkap... Tetap gagaaaal... malah kita sempat drama saat itu, Ayah pun sampai tidak tega meninggalkan Iggo yang meraung-raung menangis saat di Daycare. Bahkan sempat panas dan masuk rumah sakit. Akhirnya diputuskan, Iggo tidak cocok berdaycare ria.
Point 4 : Untuk saya sih merasa banyak manfaat, selain saya bisa ikut pertemuan2 di sekolah, juga bisa komunikasi dengan 'pihak lain' juga bisa mengetahui sudut pandang lain dari para ahli dalam menilai anak saya... hehehhe
Point 5 : Dududududuh, awalnya biar Mamah lumayan punya waktu me time di rumah, eh taunya malah disibukkan dengan antar tunggu Iggo... bukan antar jemput loh.... Iggo masih harus ditunggguuuuiiiin... huuuuhhh...
Lagi-lagi melalui pertimbangan itulah akhirnya Iggo saya putuskan untuk berhenti ikut Playgroup... Yuup, yang lalu biarlah berlalu... Alhamdulillah banyak manfaat yang dirasakan ketika di sana.... hehehhe
Jika Iggo masuk SD usia 6 tahun, maka:
5 tahun 3 bulan (2018) = TK B
6 tahun 3 bulan (2019) = SD
Jika Iggo masuk SD usia 7 tahun, maka:
Opsi 1
5 tahun 3 bulan (2018) = TK A
6 tahun 3 bulan (2019) = TK B
7 tahun 3 bulan (2020) = SD
Opsi 2
5 tahun 3 bulan (2018) = belajar di rumah
6 tahun 3 bulan (2019) = TK B
7 tahun 3 bulan (2020) = SD
Sebelum memutuskan, saya mencari referensi dan memikirkan banyak pertimbangan terlebih dahulu. Salah satu referensi saya mengenai usia yang pas untuk masuk sekolah adalah :
pada pasal 5 ayat 1 terpampang nyata bahwa :
Persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD atau bentuk lain yang sederajat:
Dalam videonya Ibu Elly memaparkan tentang dampak apabila anak disekolahkan terlalu dini, beberapa point yang sedikit banyak merubah cara pandang saya adalah
a. Rasa Bosan pada Anak
Beliau mengibaratkan bahwa anak yang disekolahkan terlalu dini tidak dapat diprediksi kapan ia akan merasakan kebosanan. Sebaliknya, apabila anak disekolahkan di usianya yang sudah matang dan cukup, rasa bosan itu akan muncul di tahun ke 4 dan ke 5 ia mulai sekolah. Sehingga kebanyakan guru-guru pada kelas 4 atau 5 sudah memahami itu, dan mulai mempersiapkan trik cara mengatasinya.
b. Permainan Terbaik
Permainan terbaik bagi anak bukanlah kelengkapan fasilitas permainan di sekolah. Melainkan, permainan yang dibuat sendiri, melibatkan kedua orang tuanya. Permainan yang memicu kreatifitas, daya pikir, dan imajinas. Bukan yang segalanya sudah ada, sudah tersedia.
c. Dunia Bermain Anak
Dunia anak masih pada dunia bermain. Anak yang tidak tuntas menyelesaikan dunianya, akan menjadikannya orang dewasa yang kekanak-kanakan. Jleg ngeri banget,
Point 1 : Rasa penasarannya akhirnya terjawab, Iggo jadi tau seperti apa itu sekolah, bagaimana bermain dengan teman, dan bagaimana hidup dengan penuh aturan. Hahaha
Point 2 : Pelafalan kata menjadi lebih baik, disini saya berterimakasih kepada guru-guru di Playgroupnya, khusunya Ibu Endah... terimakasih terimakasih... Selain pelafalan, ada peningkatan pada kepercayaan diri, wawasan, dan sosialnya... Sekali lagi saya ucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Endah. Sampai saat ini Iggo selalu ingat loh dengan Ibu Endah, pasti karena Ibu Endah baik sekali selama menjadi guru Iggo.... Terimakasih terimakasih lagi
Point 3 : Harapan agar Iggo bisa beradaptasi di daycare, ternyata tidak tercapai. Iggo sudah 3 kali ikut trial di Daycare di Bekasi, dari yang terdekat rumah, sampai dengan yang terjauh dan fasilitas lengkap... Tetap gagaaaal... malah kita sempat drama saat itu, Ayah pun sampai tidak tega meninggalkan Iggo yang meraung-raung menangis saat di Daycare. Bahkan sempat panas dan masuk rumah sakit. Akhirnya diputuskan, Iggo tidak cocok berdaycare ria.
Point 4 : Untuk saya sih merasa banyak manfaat, selain saya bisa ikut pertemuan2 di sekolah, juga bisa komunikasi dengan 'pihak lain' juga bisa mengetahui sudut pandang lain dari para ahli dalam menilai anak saya... hehehhe
Point 5 : Dududududuh, awalnya biar Mamah lumayan punya waktu me time di rumah, eh taunya malah disibukkan dengan antar tunggu Iggo... bukan antar jemput loh.... Iggo masih harus ditunggguuuuiiiin... huuuuhhh...
Lagi-lagi melalui pertimbangan itulah akhirnya Iggo saya putuskan untuk berhenti ikut Playgroup... Yuup, yang lalu biarlah berlalu... Alhamdulillah banyak manfaat yang dirasakan ketika di sana.... hehehhe
Masa Kini
Daaaan selanjutnya, saat ini, usia Iggo sekarang hampir 5 tahun, dan saya mulai bimbang lagi kapan usia yang tepat menyekolahkannya. Saya coba membuat garis waktu dulu berdasarkan usia dan tahun masuk sekolah harapan kami...Jika Iggo masuk SD usia 6 tahun, maka:
5 tahun 3 bulan (2018) = TK B
6 tahun 3 bulan (2019) = SD
Jika Iggo masuk SD usia 7 tahun, maka:
Opsi 1
5 tahun 3 bulan (2018) = TK A
6 tahun 3 bulan (2019) = TK B
7 tahun 3 bulan (2020) = SD
Opsi 2
5 tahun 3 bulan (2018) = belajar di rumah
6 tahun 3 bulan (2019) = TK B
7 tahun 3 bulan (2020) = SD
Sebelum memutuskan, saya mencari referensi dan memikirkan banyak pertimbangan terlebih dahulu. Salah satu referensi saya mengenai usia yang pas untuk masuk sekolah adalah :
1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Ddidik Baru pada TK, SD, SMP, SMA, SMK, atau bentuk lain yang Sederajat, lebih lengkap dapat diunduh di disinipada pasal 5 ayat 1 terpampang nyata bahwa :
Persyaratan calon peserta didik baru kelas 1 (satu) SD atau bentuk lain yang sederajat:
- calon peserta didik baru yang berusia 7 (tujuh) tahun wajib diterima sebagai peserta didik; dan
- calon peserta didik baru berusia paling rendah 6 (enam) tahun pada tanggal 1 Juli tahun berjalan.
Point yang saya catat adalah bahwa Iggo bisa masuk SD asalkan usia minimalnya adalah 6 tahun, kurang dari 6 tahun tidak bisa kecuali Iggo menunjukkan bakat istimewa dengan bukti hasil tes IQ.
2. Pemaparan Ibu Elly Risman yang videonya sudah tersebar viral di Media Sosial
a. Rasa Bosan pada Anak
Beliau mengibaratkan bahwa anak yang disekolahkan terlalu dini tidak dapat diprediksi kapan ia akan merasakan kebosanan. Sebaliknya, apabila anak disekolahkan di usianya yang sudah matang dan cukup, rasa bosan itu akan muncul di tahun ke 4 dan ke 5 ia mulai sekolah. Sehingga kebanyakan guru-guru pada kelas 4 atau 5 sudah memahami itu, dan mulai mempersiapkan trik cara mengatasinya.
b. Permainan Terbaik
Permainan terbaik bagi anak bukanlah kelengkapan fasilitas permainan di sekolah. Melainkan, permainan yang dibuat sendiri, melibatkan kedua orang tuanya. Permainan yang memicu kreatifitas, daya pikir, dan imajinas. Bukan yang segalanya sudah ada, sudah tersedia.
c. Dunia Bermain Anak
Dunia anak masih pada dunia bermain. Anak yang tidak tuntas menyelesaikan dunianya, akan menjadikannya orang dewasa yang kekanak-kanakan. Jleg ngeri banget,
Proses Mengambil Keputusan
Setelah bergalau ria dengan bermacam-macam informasi di Media Sosial, sampailah saya pada kesempatan untuk berbincang serius dengan Ayah Iggo, saya infokan mengenai referensi sekolah terdekat dari rumah yang memliki visi dan misi sekolah yang sama dengan keluarga. Saya sampaikan pula aturan mengenai usia yang pas untuk sekolah, juga Video Ibu Elly Risman di atas.
Ilmu sudah lumayan ada (sedikit lah), tinggal kami analisa sesuai kondisi dan kebutuhan di keluarga. Kami pun menganalisasi benefit apa saja jika Iggo memulai sekolahnya tahun ini ataupun tahun depan.
Setelah mempertimbangkan ini dan itunya, akhirnya disimpulkan bahwa apabila Iggo sekolah tahun ini, beban Ayah Bunda untuk mengenalkan ilmu-ilmu pada Iggo akan lebih awal terbagi dengan gurunya di sekolah. Ayah Bunda tinggal menguatkannya di rumah.
Jika mulai sekolah tahun depan, Ayah Bunda perlu komitmen dan upaya yang lebih keras agar Iggo, mempersiapkan segalanya lebih matang. Ayah Bunda pun punya kesempatan lebih banyak untuk mengajarkan Iggo memperdalam lagi ilmu-ilmu dasar, seperti agama dan Calistungnya. Intinya perlu ada kerjasama antara Ayah Bunda!
Ilmu sudah lumayan ada (sedikit lah), tinggal kami analisa sesuai kondisi dan kebutuhan di keluarga. Kami pun menganalisasi benefit apa saja jika Iggo memulai sekolahnya tahun ini ataupun tahun depan.
Setelah mempertimbangkan ini dan itunya, akhirnya disimpulkan bahwa apabila Iggo sekolah tahun ini, beban Ayah Bunda untuk mengenalkan ilmu-ilmu pada Iggo akan lebih awal terbagi dengan gurunya di sekolah. Ayah Bunda tinggal menguatkannya di rumah.
Jika mulai sekolah tahun depan, Ayah Bunda perlu komitmen dan upaya yang lebih keras agar Iggo, mempersiapkan segalanya lebih matang. Ayah Bunda pun punya kesempatan lebih banyak untuk mengajarkan Iggo memperdalam lagi ilmu-ilmu dasar, seperti agama dan Calistungnya. Intinya perlu ada kerjasama antara Ayah Bunda!
Dan sampailah pada pertanyaan, yang mana yang membuat KAMI SIAP???
Tahun ini?
Atau tahun depan?
Bismillahirrahmanirrahim, akhirnya diambillah keputusan....
Tahun ini?
Atau tahun depan?
Bismillahirrahmanirrahim, akhirnya diambillah keputusan....
Yap, kami menyambut ramah tantangan itu. Untuk lebih berkomitmen dan bekerjasama lebih serius agar Iggo lebih matang dalam mempersiapkan dirinya, sebelum ia masuk ke gerbang Kehidupan di Luar Rumah yang sesungguhnya (SEKOLAH).Alhamdulillah keputusan ini membawa kami untuk belajar lebih banyak. Ayah beberapa kali menggagas ide pembelajaran harian mingguan dan bulanan yang perlu Iggo kuasai. Bunda, sebagai manajer keluarga ditugasi untuk mengatur jadwal dan pembagian waktu ajar untuk Iggo.
Penutup
Kondisi keluarga kami, bisa jadi berbeda dengan keluarga yang lain, sehingga mempengaruhi pertimbangan dan keputusan yang akan diambil.
Satu hal yang kami pelajari dalam proses pengambilan keputusan ini, kami menganggap sekolah adalah proses yang panjang yang perlu disiapkan dengan matang, serius, dan disadari baik oleh Ayah, Bunda, dan Iggo.
Jadi, yang masih bimbang dan galau, silahkan berdiskusi dengan pasangan tentang visi misi keluarga, juga risk n benefitnya sebelum keputusan diputuskan. Sambil terus berdoa agar keputusan yang kita ambil selalu diarahkan oleh Yang Maha Pemberi Keputusan. Aamiin...
Cek
BalasHapus