[30DEM-DAY#9] Kurry si Kura Mungil



Kurry si Kura Mungil adalah seekor Kura-Kura kecil yang baik hati. Karena kebaikan hatinya, banyak sekali hewan yang ingin berteman dengannya. Seperti semut, gajah, kera, rusa, keong, dan masih banyak lagi. Setiap hari mereka selalu bermain bersama dengan gembira.

Namun ada satu kebiasaan Kurry yang membuat ia begitu sedih, yaitu rumahnya yang begitu berat sehingga ia jalan begitu lambat. Karena jalannya yang lambat itu, ia seringkali tertinggal saat teman-temanya bermain.

Kurry seringkali mengeluh pada Ibunya,
"Ibu, mengapa jalanku begitu lambat ya Bu? Apakah tidak bisa rumahku ini ku lepas dahulu Bu? Ini sangat berat dan membuatku lelah lebih cepat." rengek Kurry pada Ibunya.

"Kurry anakku yang mungil dan baik hati. Rumahmu itu sudah Allah berikan untukmu dengan segudang manfaat untukmu, Kurry. Ia akan melindungimu dari panas dan badai dimanapun kamu berada." hibur Ibu Kurry.

"Tapi Bu, rumah ini sangat berat, jalanku menjadi lambat. Aku sering tertinggal saat teman-teman sedang bermain. Aku sedih Bu, aku sedih, kenapa aku tidak bisa seperti teman-temanku yang lain." Kurry tetap saja menangis.

"Kurry, Ibu mengerti apa yang kamu rasakan. Kemarilah sayang, Ibu peluk dulu, sambil Ibu ceritakan suatu kisah untukmu." Ibu memeluk Kurry dengan hangat dan memulai ceritanya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


Pada suatu hari, tinggallah seekor Kura-kura yang memiliki rumah begitu indah. Kemana-mana ia terus membawa rumahnya, saat bermain, saat mencari makan, berenang, dan semua kegiatan yang lain. Hingga pada suatu hari, desanya mengadakan perlombaan lari. Siapa yang cepat mencapai finish akan memperoleh pisang dan buah-buahan yang dapat dimakan sepuasnya.

Saat mendengar berita itu, Sang Kura sempat tidak percaya diri, dia sudah bisa menebak. Sudah pasti dia tidak akan menang. Tapi, seluruh teman Kura mendukungnya untuk tetap ikut lomba. Banyak bantuan yang ditawarkan oleh temannya, namun Kura ingin melakukan perlombaan itu dengan jujur dan sportif, apapun hasilnya.

Hingga saat perlombaan pun tiba, teman-teman Kura sudah melesat jauh di depan. Sedangkan Kura masih tertinggal di belakang jauuuuuh sekali. Hingga ia berada di posisi paling terakhir.

Dia sudah ikhlas jika saat mencapai garis finish buah-buahan di sana sudah habis. Tak apa, ujarnya. Kura berpikir bahwa ia mengikuti lomba ini untuk meramaikan suasana. Ia akan terus berusaha menyelesaikannya walaupun menjadi peserta terakhir.

Ia pun semakin semangat untuk terus berjalan. Hingga sore hari, akhirnya ia pun tiba di garis akhir. Dari jauh ia sudah melihat bahwa buah-buahan di sisi sana sudah habis. Dia memang sudah tidak kebagian lagi.

Keikhlasan dan kegigihan Kura untuk mengikuti lomba walaupun sudah tak menjadi juara tetap membara. Dia pun menyelesaikan hingga akhir.

Tak diduga, semua temannya pun datang menghampiri mengucapkan selamat. Mereka membawa masing-masing satu buah yang mereka sisihkan dari jatahnya tadi siang.

Kura begitu terharu, padahal Kura sama sekali tidak berharap untuk hadiah ini. Menyelesaikan lombanya sendiri saja sudah merupakan kebanggaan untuk Kura. Ditambah dengan memiliki teman yang baik juga merupakan anugrah terindah bagi Kura.

Sejak saat itu Kura tak pernah mengeluh lagi atas jalannya yang begitu lambat. Ia ikhlas dan menerima segala yang telah Allah berikan padanya. Keikhlasan itu akhirnya Allah bayarkan dengan teman-teman dan lingkungan yang begitu menyayangi Kura. Tak ada yang lebih berharga dari itu semua.

Selesai

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembentukan Struktur Hexagon City

[30 DEM-DAY #8] Burung Kecil dan Pohon Tua

[30DEM-DAY14] Endog-endogan