(NHW#9) Bunda sebagai Agen Perubahan

Assalamualaikum wr. wb

Bismillahirrahmanirrahim

NHW kali ini ngga akan terlalu berpanjang-panjang, kebetulan Bunda Iggo lagi kurang sanggup berlama-lama liat laptop. Lagi gampang oleng. Ini ngerjain pun sambil miring-miring tiduran. Gegara kalau duduk kelamaan malah gemeteran. Tapi semoga tidak mengurangi mimpi Bunda Iggo yang ingin jadi agen perubahan. Tsaah....

 Nulis separagraf, ganti posisinya muter berkali-kali. Hahaha...

Lanjut,

Di NHW kali ini, saya diajak untuk mulai membuat solusi terbaik di keluarga dan masyarakat. Bunda Shaleha. Ya nanti di Tahapan Bunda Shaleha, kita akan memperdalam hal ini, dan mengaplikasikannya. Dan kemudian, yeaaaah berubah jadi agen perubahan.

Liat tugasnya kayanya berat ya... ngendor lagi nih kayanya saya, apa iya sanggup? apa iya mampu? hidup aja masih begini-begini, udah berani-beraninya ingin jadi agen perubahan.

Nah, itu makanya Tahapan Bunda Shaleha ini di tempatkan di posisi paling akhir. Setelah kita selesai dengan diri sendiri, selesai dengan keluarga, barulah kita keluar dengan indah untuk berbagi manfaat di muka bumi, sejalan dengan tujuan Allah SWT menciptakan kita di muka bumi ini.

Lah lah, katanya ngga akan kepanjangan, tapi ini pembukannya aja udah 5 paragraf sendiri. Ha ha ha

Baik, sebelum membuat mimpi mengenai Agen Perubahan, perlu bagi kita memahami potensi diri terlebih dahulu. Kalau ada yang masih ingat di NHW sebelumnya, kita pernah dibantu untuk mengkonfirmasi minat, potensi, dan bakat kita melalui tes bakat online www.temubakat.com. Kalau lihat hasilnya disana,
saya memiliki potensi pada,
1. Educator
2. Communicator
3. Server
4. Creator
5. Synthesizer
6. Journalist
7. Analyst

99,99999998 % saya merasa ke-7 hasil teratas itu memang GUE BANGET, walaupun selama ini saya akui, kalau saya kurang sekali mengasah potensi itu. Akhirnya jadi yaaaaa, biasa biasa aja hasilnya.

Sedikit sentilan bagi saya saat menyimak diskusi di kelas adalah, ternyata hidup itu tidak cukup asal kita bahagia, asal kita baik-baik saja, asal kita tidak ada masalah. Hidup itu sejatinya tidak muter-muter di situ aja. Tapi Allah SWT telah berikan kita akal, berikan kita kemampuan, berikan kita bakat dan potensi, tak lain dan tak bukan adalah untuk menjadikan kita khalifah di muka bumi. Pemimpin, pembawa kedamaian dan kemakmuran di muka bumi. 

Hal itulah yang akhirnya membawa saya untuk merenungi lebih dalam tentang, "manfaat apa yang bisa saya berikan untuk dunia"...

Tarik napas, dan berdiskusi dengan suami. Yang akhirnya tercetuslah ide ini...

Siap siap yaaaa....

Dari dulu passion saya memang mengajar/mendidik. Dimulai dari usia batita, atau mungkin waktu baru lahir, passion saya di dunia pendidikan emang udah kelihatan banget. Tsaaah, lebay!

Masuk sekolah dasar, saya begitu menikmati saat-saat sedang menerangkan ke teman-teman, sering maju ke depan untuk bantu Bapak/Ibu Guru menjelaskan. Masuk SMP, saya ikut organisasi Paskibra, dan menjadi tim diklatnya. SMA, saya sedikit-sedikit belajar mengajar untuk anak usia dini. Dan saat kuliah, menjadi guru les adalah lumayan bisa menambah uang saku.

Hingga akhirnya saya lulus, dan mengajar di salah satu SLB yang memang sudah jadi impian saya. Pada detik itu, saya meyakini bahwa saya TIDAK SALAH JURUSAN. Yeeesss!!!

Namun jalan hidup berkata lain, saya diajak berbelok. Dan tidak lagi terlalu terlibat di dunia ajar mengajar. Yang akhirnya mengasah diri pada potensi journalist dan analyst. 

Sudah 4 tahun meninggalkannya, ternyata kegatelan tetap saja muncul. Ingin mengajar lagi, ingin mendidik lagi. Keresahan ini pun saya sampaikan pada suami. Walaupun sejatinya, saya pun adalah pendidik bagi Iggo, namun ada rasa gatal yang memunculkan keinginan untuk menyentuh lingkup yang lebih besar lagi, yang tentunya tanpa meninggalkan keluarga tercinta.

Dengan berfokus pada segmen anak-anak usia dini, kami merasa gadget sudah terlalu mendominasi permainan anak-anak. Hal ini terlihat dari kasus Iggo di rumah. Ketika anak-anak bosan, yang dicari gadget. Ketika Emak sibuk, anak disodorin gadget.

Saya perlu putar otak kalau mau menjauhkan Iggo dari gadget, salah banyak yang sering saya lakukan adalah membuat permainan bersama dengan Iggo, membuat karya bersama, menciptakan buku, mengarang cerita, menggambar, hingga memajang hasil karya di tembok-tembok rumah. Cara ini memang lumayan ampuh untuk Iggo, dibanding saat Iggo disodorokan berbagai macam "mainan instan" yang sudah jadi dan membiarkan dia mainan sendiri. Rasa bosan biasanya cepat sekali hinggap, dan akhirnya cari-cari gadget lagi.

Berawal dari potensi dan kasus inilah akhirnya mimpi itu tercetus. Kami ingin membuat semacam Rumah Belajar di rumah, sasarannya adalah anak-anak usia dini. Aktifitas yang dilakukan tidak jauh dari membuat karya, mendongeng, bermain bersama dan banyak lagi. Waktunya pun menyesuaikan dengan keluangan saya, Ayah, dan Iggo.

Saya akan bekerjasama dengan Ayah dan Iggo sebagai hometeam yang akan mewujudkan mimpi kami ini.

Alhamdulillah saat Ayah mendengar tuntas mimpi saya ini, beliau langsung mengusulkan akan membuatkan 'saung' sederhana di depan rumah yang insyaAllah nyaman bagi saya dan Iggo menyalurkan hobi dan hasrat kebermanfaatan untuk anak-anak lain. Terimakasih, Ayah.

Iggo pun sama, saat saya paparan singkat tentang rencana ini, dia mengusulkan akan ikut bantu mengajak teman-temannya ke rumah buat belajar bersama. Juga usul, mau ikut ngajarin teman-teman menggambar dinosaurus, katanya.

Alhamdulillah mendapat dukungan luar biasa dari keluarga tercinta. Semoga Allah kabulkan mimpi ini. Aamiiin








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pembentukan Struktur Hexagon City

[30 DEM-DAY #8] Burung Kecil dan Pohon Tua

[30DEM-DAY14] Endog-endogan